Berdasarkan cerita rakyat pada masa terdahulu Desa Landungsari masih berupa hutan belantara yang kemudian datanglah seseorang dan melakukan babat alas, bersama keluarga dan kerabatnya hingga perkembangannya menjadi sebuah perkampungan atau pedesaan. Pembukaan alas pertama dimulai dari dusun bendungan yang pada saat itu dikenal tanahnya subur banyak air berkat adanya bendungan air yang dapat mengairi sawah untuk pertanian, kemudian meluas ke daerah utara yang disebut Rambaan, kemudian “ngelandungno” babat alas ke selatan yang akhirnya tambah luas (landung) disebut dengan Kelandungan. Akhirnya orang tersebut meninggal dan dimakamkan di dusun Klandungan, dan sebagai tetenger makam tersebut dinamakan Makam Ki Ageng Mbah Doko Wono.
Sampai saat ini tidak diketahui secara jelas dari berbagai sumber asal usul Ki Ageng Mbah Doko Wono tersebut, keluarga dan kerabatnya. Disamping itu belum diketahui pula sejak tahun berapa Desa Landungsari ini berdiri. Nama desa Landungsari sendiri oleh sesepuh desa pada umumnya. diartikan “Landung sama dengan panjang, sari adalah inti atau madu, dan dapat diartikan panjang penggalihe, punjung rejekine”